Geliat Ekonomi di Kawasan Pemakaman Walisongo
https://www.puteramentari.com/ziarah-ke-makam-sunan-ampel/
Walisongo diyakini oleh sebagian besar masyarakat sebagai ulama’ yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Berawal dari hubungan perdagangan, mereka masuk ke bumi nusantara. Peran mereka dalam dakwah islamiyah tidaklah dapat dimarginalkan. Terkadang, masyarakat dari golongan minoritas mengklaim mereka sebagai ‘orang biasa’. Padahal, sejatrinya mereka adalah aktor utama dari membuminya Islam di bumi pertiwi ini.
Sebagai ulama’ yang sangat diagung-agungkan, kharisma dan karomah mereka masih terasa sampai sekarang. Ajaran-ajaran mereka dianut oleh sebagian besar masyarakat. Tempat mereka dikubur dikunjungi dan diziarahi masyarakat setiap harinya. Berpuluh-puluh bahkan beribu-ribu orang rela menghabiskan waktu dan finansial mereka demi untuk berziaroh.
Ketika ada banyak masyarakat berkumpul di suatu tempat, maka disitulah ekonomi berbicara. Ekonomi mengambil peran. Ada gula ada semut, mungkin itulah peribahasa yang tepat untuk mendeskripsikannya. Semakin banyak orang berbondong-bondong mendatangi tempat pemakaman walisongo, semakin banyak pula masyarakat yang dapat mengambil keuntungan darinya. Dari berbagai macam sudut mereka mencoba untuk meraup keuntungan finansial. Mulai dari para pedagang sampai pengemis-pengemis yang berjuang mencari nafkah.
Pedagang-pedagang berjajar rapi menggelar lapak mereka sambil berharap rezeki datang. Menjajakan barang-barang mereka kepada para peziarah yang berlalu-lalang, pulang dan pergi. Dan mayoritas barang yang diperjualkan adalah barang-barang yang berhubungan dengan islam dan walisongo tersebut. Semisal pakaian muslim-muslimah, tasbih, kopyah, minyak wangi dan sebagainya. Meskipun begitu, banyak juga pedagang yang menjajakan makanan-makanan khas daerah ataupun sekedar warung biasa.
Selain para pedagang yang mendominasi, banyak profesi yang dapat ditemukan disini. Diantaranya adalah para jukir (juru parkir) yang bertugas mengamankan dan menjaga sarana transportasi yang dinaiki oleh para peziarah. Bus, truk, mobil, dan sepeda motor adalah sumber nafkah bagi mereka. Dan income yang mereka peroleh dapat dikatakan cukup. Juru kunci makampun tidak dapat disepelekan. Peran juru kunci ini sangatlah besar sebagai salah satu orang yang dikatakan memahami sejarah. Merawat dan melestarikan areal makam. Mayoritas juru kunci adalah keturunan atau murid dari sang wali.
Dan hal yang tidak boleh terlewati adalah kebersihan areal makam. Kebersihan yang dapat menimbulkan rasa nyaman yang bermuara kepada membludaknya pengunjung. Disinilah petugas kebersihan sebagai jawaban. Mereka menjaga dan merawat kebersihan areal makam. Peran mereka tidaklah boleh disepelekan. Pekerjaan mereka berdampak signifikan terhadap kenyamanan para peziaroh. Kenyamanan inilah yang akan menambah presentase keramaian para pengunjung makam walisongo.
Di sisi lain, keramaian di kawasan pemakaman walisongo juga menimbulkan sisi negatif. Para pengangguran yang terdiri dari anak-anak ataupun lansia juga berusaha mengambil manfa’at dari hal ini. Mereka berjajar rapi di jalan-jalan menuju makam untuk meminta-minta dari para pengunjung. Keberadaan para pengemis yang banyak ini menimbulkan ketidaknyamanan dari para pengunjung. Pemandangan yang kurang sedap tersajikan. Terkadang, beberapa dari mereka memaksa para pengunjung. Inilah salah satu dampak negatifnya.
Pemakaman walisongo menimbulkan transformasi ekonomi di daerah sekitarnya. Salah satu indikasinya adalah adanya beberapa profesi baru yang ikut ambil bagian didalamnya. Semua itu adalah dampak dan konsekuensi dari keberadaan makam walisongo yang di’keramat’kan oleh para penduduk, tinggal bagaimanakah kita menyikapinya.
Selasa, 23 juli 2013
Komentar
Posting Komentar