KH. Syukron Makmun, Sosok Kiai Penuh Kontroversi
Salam penuh karisma seperti ulama yang lain terucap tatkala beliau memasuki ruangan dimana kami (mahasiswa UIN Malang) berkumpul. Sosok kyai ini memang cukup terkenal dalam jagad intelektual tanah air terutama dalam bidang hukum. Lewat gaya khasnya entah lewat tulisan maupun ucapan, banyak sekali kritik-kritik terhadap pemerintah berasal. Kritik-kritik tajam nan pedas terhadap pemerintah adalah bukti keberaniannya dalam mendakwahkan Islam di bumi pertiwi ini.” Kalau dakwah jangan setengah-setengah, kita harus berani menghadapi apapun yang menghalang,” kata beliau.
Secara biografi, beliau adalah sosok yang sangat lengkap. Beliau adalah lulusan Pondok pesantren Sidogiri Pasuruan dan Pondok Darussalam Gontor, Ponorogo. Beliau juga termasuk salah satu lulusan pertama ISID (Institut Study Islam Darussalam) Gontor Ponorogo. Berlatar belakang pendidikan dua pondok besar tersebut, kemampuan beliau dalam bidang agama dan membaca kitab kuning sudah tidak diragukan lagi bahkan beliau adalah pakar kitab kuning dan hukum
Diawal, beliau menjelaskan tentang antropologi dan sejarah Pondok Daarul Rahman yang beliau asuh. Pondok tersebut berdiri pada tahun 1975. . Motivasi utama pendirian lembaga ini adalah untuk menegakkan kembali pendidikan agama di tanah air. Beliau khawatir dengan perkembangan system pendidikan di Indonesia ini karena pendidikan agama yang dikemas secara formal semakin menurun. Semakin sedikit ilmu-ilmu agama yang dipelajari di sekolah-sekolah. Karena itulah, beliau mendirikan Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah yang banyak mempelajari ilmu-ilmu agama seperti tafsir, fiqih, bahasa Arab dan lain-lain. Dengan mempelajari kitab klasik-klasik penuh hikmah seperti jurumiyyah, ‘imrithi, fathul qoriib, fathul mu’iin, riyadlus sholihin, dan lain-lain, para santri dituntun untuk belajar agama. Sekolah-sekolah ini tidak mengikuti pemerintah dalam system pendidikannya. Lembaga ini mempunyai ijazah sendiri dengan tidak mengikuti ujian nasional. Kata kyai ini,” Inilah lembaga yang pertama kali mendapatkan mu’adalah (persamaan)”. Bisa dibilang bahwa pondok ini adalah pondok pesantren yang memadukan system salaf dan modern.
Walaupun tidak mengikuti pemerintah, lembaga ini terbilang sangatlah sukses. Alumni-alumninya tersebar di berbagai perguruan tinggi di luar negeri ataupun dalam negeri, sebut saja Tunisia, Maroko, Mesir, Pakistan, Riyadh dan sebagainya. Indikator kesuksesan yang lain adalah bahwa alumninya banyak yang mendirikan pondok pesantren walaupun mereka bukan murni anak kyai. Di daerah jabodetabek sendiri ada sekitar 42 pondok alumni, belum lagi yang ada di provinsi lain seperti 3 di Jawa timur, di Irian jaya, di Sumatera dan banyak daerah lainnya. Pondok Pesantren Daarul Rahman dan sumbangsihnya adalah bukti keseriusan beliau dalam mengembangkan dakwah islamiyah. Sungguh, sumbangsih besar terhadap Negara ini.
Seperti gaya khas beliau yang sering terlihat, pada awal berbicara beliau lansung menyinggung kampus kami.”Saya adalah orang yang paling tidak setuju IAIN dijadikan UIN”, kata beliau. Memang penyataan tersebut bukan pernyataan tanpa argument dan referensi. Beliau khawatir terhadap perkembangan Islam kedepan karena secara garis besar, UIN atau universitas lebih banyak mempelajari ilmu-ilmu umum. Beliau menganalogikan seperti ini, untuk 50 tahun ke depan UIN yang mempunyai 30.000 mahasiswa pasti hanya segelintir mahasiswa yang mengambil jurusan keislaman itupun berkisar antara 3.000 mahasiswa. Hal inilah yang beliau khawatirkan sehingga studi-studi keislaman mengalami kemunduran. Beliau juga menjelaskan bahwa ini adalah upaya para Yahudi yang mau membunuh Islam. Mereka mengangkat derajat kaum Islam kemudian menjatuhkannya secara perlahan, istilahnya dipuji dahulu kemudian dihancurkan.
Beliau juga menuturkan tentang hubungan teori hermenenutika dengan Al-Qur’an yang pada zaman ini sering disalahartikan. Semisal, dalam teori Hermenutika dijelaskan bahwa setiap manusia pasti mempunyai kesalahan dalam hal menyampaikan sesuatu. Itupun juga berlaku bagi Nabi Muhammad kala menyampaikan wahyu kepada para sahabat, sehingga Al-Qur’an dicap sebagai perpaduan anatara bahasa Tuhan dan dicampur dengan bahasa yang dipakai nabi. Al-Qur’an dikatakan ada salahnya dan tidak otentik, maka perlu pengkajian ulang. Itulah salah satu penyelewengan terhadap Al-Qur’an. Padahal, nabi Muhammad SAW adalah pengecualian, karena turunnya Al-Qur’an dibawah pengawasan langsung dari Allah SWT, Sang Maha Pencipta.
Eksistensi Nur Cholis Madjid sebagai pembaharu Islam juga beliau bahas. Kyai Syukron menuturkan bahwa Nur Cholis Madjid bukanlah pembaharu dalam Islam, melainkan pemikiran-pemikirannya sudah ada sejak dahulu, cuma terkesan baru bagi yang baru saja mendengarnya. Cak Nur hanyalah meyampaikan apa yang pernah beliau pelajari. Misalnya, “ayat al-Qur’an diturunkan secara kondisional”, “Anak muda harus berpikiran sebebas-bebasnya dalam menafsirkan ayat Qur’an”. Itu semua kata Kyai Syukron adalah pokok-pokok pemikiran kaum Yahudi yang ditransfer kepada sarjana-sarjana muslim yang belajar di Barat. Jadi, itu bukanlah pemikiran Cak Nur, tapi professor yahudi. Lanjutnya, ini adalah upaya Yahudi untuk menghancurkan Islam (dalam istilah beliau westernisasi). Secara perlahan, Yahudi menyerang Islam melalui paradigma-paradigma liberal dan sekuler. Yahudi menyusupkan pemikiran-pemikiran tersebut melalui sarjana muslim karena Yahudi percaya bahwa yang menghancurkan Islam ya umat Islam itu sendiri. “Salah satunya ya Cak Nur ini”, kata beliau. Ini adalah perang budaya dan pemikiran, tukas beliau.
Gus Durpun juga tak luput dari sasarannya. Pokok-pokok pemikiran Gus Dur dikritisi. Sebagai contoh, kala Gus Dur mengganti salamAssalamu’alaikum dengan Selamat pagi, apakah itu tidak yahudi, papar Kyai Syukron. Kemudian, tentang toleransi beragama yang mana beberapa pemuka agama berdo’a di satu tempat. Kyai Syukron berpendapat itu adalah syirik. Argumen beliau adalah ketika seorang pemuka agama Kristen berdo’a misalnya, sudah ada berapa Tuhan disana, ada tiga (seperti yang Umat Kristen percaya), belum lagi kaum beragama yang lain. “Kalau sudah begitu, ada berapa Tuhan yang di doai di tempat itu? Apakah itu tidak syirik?” Beliau bertanya dengan berapi-api. Itu semua hanya akal-akalan Yahudi untuk membunuh Islam.
Berkaitan dengan tahun 2014 sebagai tahun politik, Kyai Syukron juga membahas tentan politik Islam. “Umat Islam itu seharusnya juga berpolitik, Nabi dan para sahabat juga berpolitik terutama khulafaur Rosyidin. Sebagai penerus kalian harus belajar politik melalui kitab-kitab para ulama’ semisal Al-Ahkam-nya Imam Mawardi, fiqh daulah-nya Yusuf al-Qordlowi dan masih banyak yang lainnya. Sekarang ini lagi perang budaya, ekonomi dan peradaban, kalau umat Islamnya tidak berpolitik, siapa yang akan menyelamatkan Islam? Siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan negeri ini?” Kata beliau. Di akhir beliau menjelaskan bahwa Umat Islam itu wajib berpolitik, kalau tidak berarti bodoh dan tolol.
Kyai Syukron berpesan kalau harus hati-hati terhadap misi yang dilancarkan oleh Yahudi. Yahudi bergerak melalui pemikiran-pemikirannya. Atas nama sekulerisme yang bertumpu kepada kebenaran moral bukan berdasrkan agama tapi mayoritas, dan juga liberalisme yang menjunjung tinggi HAM (Hak Asasi Manusia). Padahal, menurut beliau HAM harus dibatasi dengan agama, moral, dan akhlak, kalau tidak akan terjadi pem-binatang-an bangsa.
Kamipun (mahasiswa UIN Malang) hanya diam dan mengangguk-angguk, tanda mengerti ataupun tidak tiada yang mengerti, mendengarkan penjelasan beliau. Sambil menjelaskan apa yang diucapakan, Kyai Syukron selalu menunjukkan referensi yang jelas denga menghadirkan buku-bukunya dan menunjukkan kepada kami halamannya supaya kami mengecek keabsahannnya. Sungguh luar biasa Kyai yang satu ini.
Dalam pemaparan yang cukup singkat namun sangat substansial, beliau dengan berapi-api menjelaskan semuanya. Ini adalah bukti semangat dan keberanian Kyai Syukron dalam mendakwahkan Islam. Beliau sudah terbiasa melawan arus dan berbeda dengan yang lainnya.
Wallahu a’lam bisshowab.
Malang, 17-2-2014
Komentar
Posting Komentar