Peran Komunitas Sastra Kota Malang

 




Dunia sastra di kota Malang yang meredup kembali bersinar. Geliat para pegiat sastra mulai terlihat di beberapa tempat. Aktivitas sastrawi juga semakin bermunculan walau tidak semasif yang dibayangkan. Itulah sekelumit pernyataan para tokoh dalam diskusi sastra di Café Pustaka Universitas Negeri Malang pada Jum’at 10 Juli 2015.

Dihadirkan dalam diskusi tersebut pakar-pakar kesastraan Kota Malang yang sudah melambung popularitasnya. Diantaranya adalah Yusri Fajar, Nanang Suryadi, Tengsoe Tjahjono dan Prof. Djoko Saryono. Walaupun beberapa adalah dosen namun mereka sangatlah produktif dengan banyak menerbitkan karya sastra berupa cerpen maupun puisi.

Diskusi ini dalam rangka memperingati ulang tahun ke 5 sebuah komunitas sastra bernama Pelangi Sastra. Mengambil tema “Peran Komunitas Sastra Dalam Dinamika Sastra Indonesia & Sastra Indonesia: Dulu-Kini-Esok”, diharapkan mampu menggarisbawahi peran-peran komunitas dalam menelurkan berbagai karya sastra dan mencetak sastrawan-sastrawan muda terutama di Kota Malang.

Prof. Djoko Saryono menyatakan bahwa ada tiga elemen yang harus dibangun dalam sebuah komunitas. Infrastruktur fisikal yang melingkupi aspek-aspek fisik sebuah komunitas mulai dari tempat dan bahan-bahan kajian. Infrastruktur sosial yang berkenaan dengan siapa saja yang bergelut di dalam komunitas tersebut. Dan infrastruktur intelektual yang berkaitan dengan aspek intelegensia yang dikembangkan dalam komunitas tersebut.

Dan taklupa, ada pembacaan puisi yang menggelora karya para penyair-penyair muda Kota Malang. Sebuah pementasan estetik yang mulai jarang ditemukan di sudut-sudut Kota Pendidikan ini. Ada sebuah harapan tersemat akan lahir banyak sastrawan dan karya sastranya dari Kota di dataran tinggi ini. Semoga.

 

Malang, 10 Juli 2015

Komentar

Postingan Populer