Masa Depan Pendidikan Indonesia, Antara Kualitas dan Harapan

 

Masa Depan Pendidikan Indonesia, Antara Kualitas dan Harapan (09/01/14)*

Menyoroti realitas kekinian, pendidikan mengambil peran yang sangat besar dalam memajukan bangsa. Prof. Ibnu mengatakan bahwa Bidik misi adalah salah satu upaya pemerintah dalam hal memeratakan akses pendidikan bagi penduduk negeri dengan cara memberikan beasiswa terhadap masyarakat yang tidak mampu. Sehingga, mereka bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Karena itu, anak Bidik Misi harus bersyukur. Syukur itu diwujudkan dengan mempunyai adab dan akhlak yang baik.

Pak Kemy menambahi bahwa Bidik Misi berawal dari intruksi presiden agar bagaimana anak-anak tidak mampu yang mempunyai tingkat itelektual tinggi dapat bersekolah di perguruan tinggi. Maka, Bidik Misi diprogramkan yang sekarang sudah ada sekitar 150.000 mahasiswa dalam naungan Kemendibud. Secara historis Bidik Misi adalah peraturan menteri. Agar lebih kuat landasan hukumnya, maka diganti ke Peraturan Pemerintah. Supaya jalan terus, program Bidik Misi menjadi Undang-Undang yang tertera dalam UU no.12 tahun 2012.

Menanggapi isu-isu pendidikan yang beredar di masyarakat, Prof. Ibnu mengatakan bahwa pemerintah berusaha semaksimal mungkin terutama kemendikbud untuk memajukan pendidikan bangsa. Banyak sekali program yang telah berjalan diantarnya adalah Kurikulum 2013 yang baru saja dilaunching. Kurikulum ini menyasar pada etika, ketrampilan, Kejujuran dan Pengetahuan yang didasarkan pada kompetensi, proses, isi dan evaluasi. Kurikulum ini adalah upaya untuk meyongsong 2045 (100 tahun Indonesia merdeka), yang pada saat itu Indonesia mendapatkan nikmat bonus demografi yang sangat luar biasa, kuantitas usia produktif yang membeludak. Ini perlu diantisipasi, kurikulum 2013 adalah jawabannya. Saat ini rata-rata pendidikan masyarakat Indonesia adalah 7,6 tahum, pada tahun 2045 target pemerintah adalah 13 tahun dengan mengalokasikan dana dan program pada pengembangan PMU (Pendidikan Menengah Umum) melalui BOS (bantuan operasional Sekolah) yang akan menjangkau SMA, MA dan SMK yang mana 1 anak mendapatkan 1 juta per tahun. Beliau juga menuturkan bahwa kurikulum akan terus berubah sesuai dengan zamannya tapi tetap satu tujuan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Program yang lain adalah SM3T, Program satu desa Satu PAUD yang dampaknya mulai kelihatan, guru sertifikasi, dan pendirian perguruan tinggi dan penegrian perguruan tinggi swasta. Untuk program yang terakhir, kemendikbud punya ITK (Institute Teknologi Kalimantan) dibawah naungan ITS dan ITS (Institut teknologi Sumatera) dibawah naungan ITB. Ada juga Universitas Borneo, Universitas Raja Alihaji, dan Universitas Timor yang baru saja dinegerikan. “Program ini semua adalah upaya untuk memajukan pendidikan bangsa,” kata Pak Kemy.

Menanggapi pertanyaan yang terlontar dari audien, staf kementrian ini juag menajawab dengan lugas. Tentang sertifikasi yang juga belum berdampak signifikan terhadap kemajuan pendidikan, Pak kemy menajwab ini adalah upaya pemerintah tapi memang hasilnya tidak dapat dilihat secara langsung, butuh proseslah. Pemerintah juga mengadakan UKG (Uji Kompetensi Guru) bagi guru-guru bersertifikasi. Hal ini adalah upaya agar program sertifikasi ini tidak salah alamat. Mengenai penyiaran di media, bahwa banyak sekali penyimpangan-penyimpangan pendidikan, Prof Ibnu menjawab bahwa memang banyak masyarakat yang menganggap sentimen berita tersebut, itu hanyalah sebagi kecil bukan gambaran umum pendidikan Indonesia. Padahal, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia melalui program-programnya. Beliau berpesan untuk tidak terpengaruh oleh hal-hal kecil yang bukan gambaran umum pendidikan kita.

Di akhir diskusi, pak Nuh datang dan menyampaikan segelintir pesan terhadap kami (mahasiswa UIN Malang). Beliau menuturkan bahwa Bidik Misi telah menaungi 150.000 mahasiswa yang nantinya akan ditingkatkan secara periodic. Kita harus menjaga, merawat dan melestarikan potensi masing-masing. Pendidikan sangat berperan disana. Dalam rekayasa sosial, pasti berbeda antara orang yang sekolah dengan tidak, pasti berbeda antara petani biasa dengan petani sarjana yang sudah mempelajari ilmu-ilmu teknik pertanaman. Perbedaan tersbut dapat dilihat secara jelas terhadap produktivitasnya.

Mantan Rektor ITS ini menuturkan bahwa ada tiga penyakit sosial yang diderita masyarakat, yaitu kemiskinan, ketidaktahuan (kebodohan), dan keterbelakangan peradaban. Semua penyakit tersebut hanya dapat diobati dengan pendidikan. Dengan bergurau beliau menyampaikan jangan sampailah orang-orang miskin itu kholidiina miskiinan abadaa. Karena itulah Bidik Misi sebagai salah satu jawabannya.

Di akhir sambutan, beliau berbagi tips sukses yang sangat beliau pegang sampai saat ini. Ada tiga, yang pertama birrul walidain atau berbakti kepada orang tua, membaca sholawat yang istiqomah kepada nabi dan kerja keras plus ikhlas.

 

*Hasil diskusi dengan Prof. M. Nuh DEA (menteri pendidikan dan kebudayaan), Prof. Ibnu Ahmad (ahli komunikasi UI), Prof Kemy (Kepala Biro Humas Kemendikbud) di Kantor kemendikbud lantai 3

Komentar

Postingan Populer