Kunjungan Rumah Budaya S. Karno-Sidoarjo

 

 


Halo, teman-teman.

Kali ini kami berkesempatan mengunjungi Rumah Budaya dan Sejarah S. Karno.

Rumah budaya ini adalah salah satu lokomotif kegiatan kebudayaan di kota delta. Alamatnya di RT 07 RW 01 Wunut, Porong, Sidoarjo. Tak terlampau sulit untuk mencari Rumah Budaya ini. Terletak persis di pojok pertigaan jalan dengan plakat yang jelas dengan dekorasi yang mencolok, Rumah Budaya ini mudah ditemukan.

S. Karno adalah sosok sederhana yang bersahaja. Saat kami datang, ia menyambut kami sambil menenteng buku karya Sarkawi B. Husein, Negara di Tengah Kota: Politik Representasi dan Simbolisme Perkotaan Surabaya 1930-1960. “Anak muda harus gemar membaca, supaya tahu budaya leluhur,” katanya.

Pada tahun 1971, S. Karno mendirikan rumah budaya-nya karena prihatin dengan budaya masyarakat yang semakin luntur. Untuk itu, Rumah Budaya dimaksudkan untuk menjaga, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan yang eksis dalam masyarakat. Beberapa ragam budaya yang terdapat di Rumah Budaya S. Karno, di antaranya, seni rupa terapan desain dan dekorasi, seni rupa terapan kriya dan seni tari.

Di Rumah Budaya ini, digelar pula banyak kegiatan-kegiatan kebudayaan seperti pameran lukisan, pentas keroncong, bedah buku, sarasehan kebudayaan dan lain-lain. Dalam pelbagai kegiatan tersebut, Rumah Budaya S. Karno ‘menyajikan’ budaya lokal Sidoarjo dan Jawa, misalnya pertunjukan Tari Remo, makanan Lontong Kupang serta kudapan macam cenil, ireng-ireng, klepon dan sebagainya.

Pada sore yang syahdu itu, kami mendiskusikan banyak hal. Tentang Candi Pari, tentang Baju Kemanten Sidoarjo, tentang Batik Jetis, tentang sejarah kerajaan Jenggala dan lain-lainnya.

Ia juga menunjukkan kepada kami buku yang ia tulis tentang sejarah, berjudul Kerajaan Jenggala: kerajaan di bumi Sidoarjo. “Seharusnya Hari Jadi Kabupaten Sidoarjo itu diperingati berdasarkan berdirinya Kerajaan Jenggala dalam Prasasti Gondhokuti. Bukan seperti sekarang, yang berdasar pada Keputusan Pemerintah Hindia Belanda,” ungkapnya berapi-api.

Sebagai budayawan dengan puluhan tahun pengalamannya dalam pelestarian kebudayaan, ia mengungkapkan tiga langkah penting tentang kebudayaan. Pertama, menginventarisir budaya dengan mendata budaya-budaya yang hidup dalam masyarakat. Kedua, melestarikan budaya yaitu dengan terus menjadikan budaya sebagai laku hidup sehari-hari. Ketiga, mengembangkan budaya dengan cipta kreatif agar budaya membawa kebaikan hidup manusia.

Kami pulang dari Rumah Budaya S. Karno dengan kepala penuh pertanyaan.

Komentar

Postingan Populer